conceptnova

Helping you to bring your concepts and ideas to life.

Vakasi lebaran

Saya masih begitu terheran-heran ketika mengetahui bahwa lebaran 1430 H jatuh pada tanggal 20 September 2009 dan itu artinya Ramadan tahun ini hanya selama 29 hari. Saya kira, Ramadan itu akan selalu 30 hari sebagaimana Januari yang selalu 31 juga September yang selalu 30 hari. Tapi ya sudahlah, toh saya bukan seorang astronom, pun bukan seorang ahli hilal. Setidaknya perut saya tidak perlu berkeroncong-ria untuk satu hari lagi. Dan ibu saya tidak perlu membuat kolak pisang yang jadi takjil wajib bagi si ayah untuk ketigapuluh kalinya.


Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana kami – saya dan keluarga – mudik ke Tasikmalaya, tahun ini kami mudik – mungkin tidak bisa dikatakan mudik – ke rumah kakak yang ada di Bandung. Pasalnya, nenek saya sedang ada di Bandung, dan itu tepat di rumah saya, menyebabkan saudara dari Bogor dan Tasik yang dapat giliran ke Bandung. Dan karena itu pulalah, saya tidak menjuduli tulisan ini dengan judul klasik seperi “berlibur ke rumah nenek” atau “mudik ke tasikmalaya” seperti yang saya lakukan dari masa SD sampai SMA ketika saya belum mengerti cara menulis.


Sebagai tuan rumah, beberapa hari sebelumnya, tentunya kami harus menyiapkan berbagai keperluan lebaran entah itu kue kering – yang entah kenapa selalu – berupa kastengel, nastar dan kue salju, sampai menu khas lebaran – yang entah kenapa pula selalu – berupa opor ayam, sambal goreng kentang dan ase cabe hejo, disempurnakan dengan kerupuk udang tentunya.


Hari ini adalah hari minggu dan ini tepat hari lebaran. Saat saya mandi saya tidak memikirkan betapa elegannya jika saya bisa menggantikan Luna Maya dalam iklan sabun, tapi memikirkan pakaian apa yang akan saya pakai nanti. Dan setelah memakai beberapa produk perawatan tubuh agar berkilau bak seorang bidadari di hari spesial ini, saya dan keluarga pun ber-salat id-ria. Walau tak ada keriaan yang menyertai, tapi saya tetap menyebutnya demikian. Tentunya diteruskan dengan acara sungkeman yang – ternyata - tidak sesyahdu seperti di Tasikmalaya. Tak ada air terjun dari air mata, atau air mata terjun – atau air terjun mata, ya? – yang mendekorasi pipi kami. Tak ada pula raungan-raungan penyesalan yang didramatisir oleh tangisan hiperbolis ala sinetron.


Dan acara makan pun dimulai, tanpa harus dikomando saya sudah dengan sigap memenuhi panggilan alam, kelaparan. Saya cari-cari makanan barangkali ada makanan enak sebangsa kue tart tapi sayangnya tidak ada, saya pun terhenyak – maaf, berlebihan – tepatnya, tersadar kalau ini adalah acara lebaran dan bukan hari ulang tahun! Maka saya akhirnya mengambil opor ayam dan ketupat seperti sepuluh lebaran pada sepuluh tahun terakhir.


Pemenuhan panggilan alam pun selesai, kami langsung berbenah dan memasukkan segala masakan - yang tidak sedikit itu - untuk kemudian dibawa ke rumah kakak yang ada di daerah Turangga yang akan dijadikan markas besar keluarga besar kami pada lebaran tahun ini. Makanan yang ada, termasuk satu ember opor ayam dan satu ember ketupat – ya ampun, apa kami terlihat bak keluarga pecinta ember ya? – juga dua waskom yang salah satunya berisi ase cabe hejo dan satunya lagi berisi sambal goreng kentang kami masukkan kedalam mobil Toyota Yaris yang mungil itu. Ditambah 4 toples besar makanan ringan, terbayang suasana ketika kami pergi dari rumah kami di Cipadung ke rumah kakak di Turangga, bukan? Sumpek.


Sampai di markas besar, kami pun langsung berbenah rumah. Memasang ini dan itu, menggeser ini dan itu, serta menginiitukan ini dan itu. Membuat kami tampak heboh. Namun setelah kami mengalami penantian panjang selama 2 jam, keluarga lain nampaknya belum bersua juga. Ya sudah, kami memutuskan untuk pergi ke Sukajadi terlebih dahulu untuk bertemu dengan keluarga dari pihak ayah.


Mobil mungil kami meluncur di tengah-tengah lengangnya jalanan kota Bandung, sehingga untuk sampai ke Sukajadi pun tidak butuh 15 menit. Saya pun langsung sungkem pada keluarga disana, lalu memenuhi panggilan alam lagi, kelaparan. Saya celingak-celinguk mencari makanan lain. Tapi entah karena menjunjung tinggi tradisi atau terlalu monoton sehingga tak ada makanan lain selain opor ayam dan ketupat. Ya ampun.


Acara pun berlanjut dengan bualan-bualan dari kakek dan paman saya kepada sepupu saya. Yang mengungkapkan betapa bodohnya Nanai – begitu sepupu saya biasa dipanggil – yang memilih sekolah di SMA BPI setelah ia tidak diterima di negeri. Saya sempat terheran-heran melihat betapa konservatifnya pikiran bapak-bapak disini. Padahal sekolah bisa dimana saja dan yang penting adalah kualitas pribadi Nanai itu, pikir saya. Selama itu, Nanai tertunduk malu, sungguh ironi.


Batas minimal ini pun ditandai dengan sebuah kenistaan yang tidak elegan.


Lalu objek penderita pun berubah menjadi saya. Mereka menghinadina dan mencacimaki – maaf, berlebihan – tepatnya membicarakan tentang kegagalan saya yang tidak lulus SNMPTN, padahal mereka – termasuk orangtua saya – tidak tahu kalau saya tidak ikut SNMPTN. Lantas mereka banyak berbual tentang kenalan-kenalan mereka yang lulus dari ITB dengan IPK tiga koma sekian yang langsung diterima di sebuah perusahaan minyak di Prancis. Padahal mereka – dan saya pun – tahu kalau bekerja disana belum tentu “sukses” hidupnya karena tak ada satupun universitas di jagat pendidikan Indonesia – termasuk ITB - yang memberikan sertifikat penjamin kesuksesan hidup.


Mereka memberi banyak petuah agar saya jangan bermalas-malasan dalam kuliah agar nanti dapat IPK tiga koma. Ya ampun, mereka pikir saya ini anak yang asal-asalan kuliah. Padahal saya sudah punya rencana yang lebih besar. Orientasi saya adalah IPK diatas tiga koma lima dan lulus dengan predikat cum laude, serta rencana untuk mengambil SKS dari tingkat lanjut kalau IPK saya pada semester kedua sudah tiga koma sekian.


Lantas, seolah saya adalah mahasiswa salah jurusan yang tertipu pencitraan orang lain atau mahasiswa manja yang kuliah dalam prodi pilihan ibunda tercinta, saya – lagi-lagi – diberi petuah. Memilih jurusan itu jangan mengikuti orang lain, jangan pula karena ikut kata orang tua, dan jangan karena ingin cepat kaya, katanya. Saya lalu mengungkapkan bahwa pemilihan jurusan komunikasi ini adalah murni pilihan saya, karena orangtua saya – sebenarnya - ingin saya masuk jurusan teknik sebangsa perminyakan yang samasekali tidak saya kuasai.


Aki Uju – begitu kami biasa memanggil kakek – lantas mengatakan bahwa saya adalah orang yang serius dalam mencapai kesuksesan hidup. Entah beliau menilai darimana. Saya pun teringat akan sesasak – maaf, salah – maksudnya, sesosok Wiliam Wongso – maaf, salah lagi – maksudnya, Andri Wongso dengan jargonnya “salam sukses, luar biasa” itu. Dan pamitnya saya serta keluarga diikuti dengan pujian dari kakek bahwa saya cocok menjadi model. Hati saya seketika bergemuruh bak mesin cuci rusak, membayangkan mungkin inilah saatnya saya menggantikan Luna Maya dalam iklan sabun. Tapi mata saya hanya berbinar sesaat karena kemudian saya tersadar, ya ampun kakek, pakailah kacamatamu itu.


Kami meluncur lagi menuju Turangga dan syok – maaf, berlebihan – tepatnya, kaget ketika enam keluarga sudah tiba. Saya pun langsung pura-pura sungkem pada mereka walau kami tahu bahwa tak ada salah yang baik dia maupun saya perbuat. Setelah itu kami bernarsis-ria dengan berfoto-foto, dan akhirnya dengan gugup – maaf, salah – maksudnya, gegap gempita menerima banyak THR dengan UMR sejumlah Rp 10.000. Dan hari pertama pun berakhir dengan obrolan panjang mengenai ikan pepes yang berasal dari kolam ikan di rumah nenek di Tasik.


Hari selanjutnya kami menonton konser MJ yang ditayangkan di RCTI dengan gaya tidur seksi bak seorang cleopatra, kemudian menyetel CD karaoke Mariah Carey dan akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan. Karena sayalah satu-satunya orang Bandung yang ikut pergi, saya pun menjadi pemandu bagi sepupu yang pergi ke BSM lalu ke BIP. Walau saya harus menelepon ayah dan menanyakan harus naik angkot apakah kami, untungnya sepupu saya memaklumi saya yang sedikit buta arah. Di BIP kami akhirnya memenuhi panggilan alam dengan menu yang baru! Bukan ketupat ataupun kue tart seperti yang saya idamkan, tapi kami makan Mango Chicken di restoran cepat saji A&W. Dan berhubung kami membawa kupon beli dua gratis dua, maka kami berempat masing-masing hanya membayar setengah harga. Senangnya. Di tempat ini pun kami menyelengarakan sebuah diskusi tentang “akankah tidak makan opor ayam mempengaruhi kesyahduan lebaran” yang berakhir dengan kesimpulan : kami tidak peduli.


Setelah membeli cilok dan kembali menelepon sambil menanyakan angkot yang harus kami naiki, kami pun pulang dan makan kembali dengan sosis, akhirnya opor ayam sudah habis!


Pagi di hari ketiga saya berawal dengan tidak elegan karena saya harus pergi berjalan kaki ke Superindo yang – ternyata - belum buka dalam rangka membeli mie instan untuk dimakan. Mengakibatkan saya dan dua orang sepupu akhirnya berkeliling jalan pelajar pejuang 45 selama 45 menit untuk menunggu waktu buka Superindo itu. Dan setelah tidak mendapat diskon walau kami menjadi pelanggan pertama hari itu, kami pulang.


Hari ini banyak saudara saya yang ingin ke pasar baru, belanja katanya. Saya sempat ditawari tapi kemudian menolak dengan alasan bukan penggila pasar. Dan selagi menunggu pulangnya saudara-saudara saya itu, saya hanya tidur dan makan.


Hari keempat, dan keluarga lain yang terakhir akan pulang hari ini. Dan setelah mereka pulang, kami – saya dan keluarga – tertegun dan bingung akan melakukan apa hari itu. Saya pun memutuskan untuk mengautiskan diri dengan buku-buku bacaan yang ada. Sedangkan adik saya nampak autis dengan laptop milik kakak.


Malamnya saya tersadar bahwa ada 4 tugas kuliah yang belum saya kerjakan. Dan karena kuliah saya adalah berorientasi IPK, malamnya saya meminjam laptop untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia ini. Saya menulis dengan hiperbolis layaknya seorang maniak. Saya mencurahkan berbagai rasa yang bergejolak di dalam dada – maaf, berlebihan - sampai saya kebablasan karena menceritakan dua hari dalam empat halaman. Dan akhirnya pada pukul 3 saya memasukkan data tugas ini ke HP milik adik.


Hari kelima dan saya harap ini hari terkahir saya di rumah kakak karena ada banyak tugas yang menggoda untuk dikerjakan. Ternyata tidak. Ya ampun, nista. Orangtua saya mengajak saya untuk pergi ke Banjar. Saya mengatakan tidak karena harus mengerjakan tugas, padahal siang itu saya hanya tidur, makan dan membaca buku, bukan mengerjakan tugas. Sorenya saya beserta adik dan kakak pergi ke BSM untuk membeli buku. Saya membeli 4 buah buku dan akhirnya membuat dompet saya kembali langsing dengan menguras semua uang THR saya sebanyak Rp 120.000 di Gramedia. Salah satunya adalah buku bahasa Inggris yang saya jadikan alasan betapa saya berkorban demi tugas bahasa Inggris.


Malamnya, setelah orangtua saya pulang dan membawakan kami rangginang, saya kembali mengerjakan tugas. Kali ini tugas bahasa Inggris tentang simple present tense. Saya tidak membuka buku bahasa Inggris yang baru saya beli karena memang untuk “sekedar” simple present tense saya hanya perlu membuka internet. Saya lembur kembali sampai pukul 3 dan kembali memasukkan data tugas bahasa Inggris ini ke HP adik. Namun alangkah terhenyaknya saya ketika tidak menemukan data tugas bahasa Indonesia yang hilang bak ditelan bumi. Mungkin adik saya yang marah - karena siangnya saya bilang padanya untuk tidak memakai baju ungu yang dilapis dengan kemeja hitam karena warna gelap tidak cocok untuk kulitnya yang juga gelap, namun ia tetap memaksa dengan alasan prestis – menghapus datanya. Ya ampun, saya harus mengulangnya di rumah pikir saya.


Dan hari keenam, setelah saya salat jumat saya makan. Tentu akan tidak elegan menceritakannya karena tak ada yang berkesan dari acara makan kali itu selain rasanya yang enak dan komentar adik saya yang sinis terhadap saya yang hanya mengambil wortel dari sup. Mungkin ia masih marah.


Dan saya kesal sekali padanya ketika kakak saya membaca tulisan adik tentang pengalaman lebarannya. Tulisan itu dipujinya karena menarik dan lucu. Sedangkan dari paragraf 5 sampai selesai sama sekali tidak dipujinya karena tidak menarik. Kalimat keheranan tentang lama Ramadan kali ini, alasan kami tidak mudik, persiapan kami sebagai tuan rumah dan kalimat memakai beberapa produk perawatan tubuh agar terlihat berkilau bak seorang bidadari menjadi kalimat utama di paragraf-paragraf pembuka. Saya pun penasaran dan akhirnya membaca tulisan adik saya itu dan makin marah ketika tahu persis bahwa 4 paragraf pertama yang kakak saya puji sebenarnya adalah tulisan saya yang ditirunya bulat-bulat! Maaf, berlebihan – kita semua tahu tidak ada tulisan yang berbentuk bulat. Pantas saja sama.


Sorenya, setelah mengobrol panjang mengenai katu kredit sambil menunggu suami kakak – ya, kakak saya sudah menikah - yang baru tiba di Bandung dari Jakarta pada jam 5, saya dan keluarga pun pulang. Sampai di rumah saya langsung mengetik ulang tulisan ini secara lebih ringkas namun lebih hiperbolis dibanding yang pertama – supaya beda dengan tulisan adik saya, karena bagi saya menulis tidaklah sulit. Saya masih ingat persis 2 paragraf pertama dari kata per kata.


Saya mengerjakan ulang tugas ini sampai batas minimal pada magrib, membaca buku tentang reporter, kemudian tertidur selama 4 jam. Saya meneruskannya pada jam 1 dan sekarang berakhir dengan ekstra setengah halaman dari batas maksimal pada jam 3 karena saya ingin ke toilet lantaran sakit perut.


Dan tulisan ini pun berakhir dengan tidak elegan.

Ilmu komunikasi

Ilmu komunikasi awalnya adalah ilmu monodisiplin yang dikaitkan sebagai turunan dari ilmu politik. Hal ini dilihat dari betapa dekatnya pengaruh komunikasi terhadap kehidupan berpolitik di suatu negara.

Hubungan politik dan komunikasi
1. Bagaimana pemerintah menyosialisasikan kebijakannya.
2. Bagaimana pemerintah diawasi oleh pilar demokrasi keempat, jurnalis
3. Bagaimana para pemegang kekuasaan bisa saling bekerjasama
4. Bagaimana caleg/cawalkot/cagub dll mempengaruhi rakyat saat kampanye
5. Bagaimana fungsi DPRD sebagai fasilitator komunikasi rakyat terhadap presiden

Tapi dewasa ini, karena ilmu komunikasi terus berkembang dengan sangat cepat, ilmu komunikasi ditemukan berpengaruh di hampir segala aspek kehidupan. Telah terintegrasi jadi ilmu multidisiplin.

Berikut adalah disiplin ilmu yang terkait
1. Psikologi, bagaimana komunikasi dapat membentuk hubungan antar individu yang berbeda karakter.
2. Sosiologi, bagaimana komunikasi membentuk masyarakat dan dibentuk oleh masyarakat.
3. Atropologi, bagaimana komunikasi membentuk budaya dan menyebarkannya.
4. Politik, bagaimana komunikasi membuat orang a.k.a rakyat terpengaruh dan akhirnya mendukung kebijakan.
5. Manajemen, bagaimana komunikasi menjadi komoditi (pers) dan perlu diorganisir.
6 Linguistik, bagaimana kemampuan berbahasa amat mendukung kemampuan berkomunikasi secara efektif.
7. Matematika, hmm saya juga sedikit bingung, tapi kayanya bagaimana penalaran matematis-logis berhubungan dengan pengungkapan kebenaran suatu informasi jurnalistik.
8. Elektronika, bagaimana komunikasi dilakukan lewat teknologi.


Definisi khusus prodi Ilmu komunikasi yang diajarkan di universitas.
"IK - komunikasi antarmanusia"
Adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki seseorang/orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap/tingkah laku orang lain; dan (4) berusaha mengubah sikap/tingkah laku itu (book, 1980)

Sekian dan terimakasih,
Raha menceritakan kembali

UNESCO Segera Tetapkan Batik Indonesia

Jakarta [RahaReports]

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan UNESCO akan menggelar sidang pembahasan batik sebagai warisan budaya Indonesia pada September. "Sudah diproses di UNESCO," kata Mari seusai mendampingi ibu negara Ani Yudhoyono membuka Pameran Batik Nusantara di Jakarta Convention Center, Rabu (26/8).

Menurut Mari, pemerintah telah memasukkan aplikasi tersebut kepada UNESCO. "Mungkin akan diumumkan bulan November," ujarnya. Ekspor batik, kata dia, paling besar volumenya ke Afrika. Sayang Mari mengaku tak ingat angkanya.

Ketua Bidang Pengembangan Budaya Yayasan Batik Indonesia, Tumbu Astiani Ramelan mengatakan UNESCO menentukan enam negara untuk melakukan justifikasi mengenai batik Indonesia. "Enam negara ditentukan UNESCO," ujarnya.

Dua diantara enam negara tersebut adalah Korea dan Kroasia. Menurutnya, Indonesia telah mengajukan batik sebagai warisan budaya Indonesia sejak Mei lalu. Kemudian, UNESCO menjadwalkan sidang pembahasan berlangsung September mendatang.

Ika BS Wahyudi, Bendahara Yayasan Batik Indonesia mengatakan pemerintah harus memandang batik tak hanya sebagai warisan budaya Indonesia, namun juga sebagai bisnis. Pasalnya, Malaysia telah memanfaatkan batik sebagai bisnis.

Menurut Ika, dalam beberapa acara, Malaysia telah memamerkan batik dari Pekalongan namun diberi label "Made in Malaysia". Misalnya, kata dia, dalam pasar tekstil terbesar di Inggris yang diselenggarakan tiap April dan Oktober. "Batik kita dijual di sana dengan label "made in Malaysia"," katanya.

Source :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/08/26/brk,20090826-194564,id.html

Dari depan komputer rumah,
Raha melaporkan

OMG, Gempa Bumi Diklaim Malay !!

Jakarta [RahaReports]

*Apa saking ga eksisnya sampe segalanya termasuk bencana juga diklaim??

Para pengguna internet dari Indonesia ternyata masih jengah dengan tingkah Malaysia yang sering mengklaim kekayaan alam dan budaya Indonesia. Sampai-sampai kejadian gempa besar berskala 7,3 skala Richter (SR) yang menguncang Pulau Jawa, Rabu (2/9), juga jadi senjata untuk menyindir Malaysia.

Hal tersebut tampak dari status-status pengguna Facebook, salah satu situs jejaring sosial yang sedang menjadi tren saat ini. Beberapa pengguna masih menyindir seputar klaim Malaysia.

"Kata Malaysia, gempa yang baru terjadi berpusat di Kuala Lumpur bukan Tasikmalaya," tulis pengguna bernama Widianti Kamil. Juga status Brama Setyadi, "Breaking News! Malaysia mengklaim pusat gempa ada di KL."

Terkait banyak status yang menyebutkan klaim Malaysia itu, ada pula yang mencoba meluruskan. "Pusat gempanya di Tasikmalaya lho bukan di Kuala Lumpur," tulis status Reza Wahyudi. Seperti diberitakan sebelumnya, gempa tersebut memang berpusat di pantai selatan Tasikmalaya, Jawa Barat.

Laporan Badan Geologi AS (USGS) menyebutkan bahwa pusat gempa 95 kilometer dari Bandung, 110 km dari Sukabumi, 115 km dari Tasikmalaya, dan 190 km dari Jakarta. Jangan sampai, USGS menulis kalau pusat gempa sekian kilometer dari Kuala Lumpur.

source :
http://reposaja.blogspot.com/2009/09/gempa-bumi-juga-diklaim-oleh-malaysia.html

Dari depan komputer rumah,
Raha melaporkan


Saykoji Sindir Malaysia

Jakarta [RahaReports]

Saykoji emang ga ada matinya, itu kira-kira ungkapan yang bisa saya berikan ketika mereka berupaya memerangi aksi "klaim kebudayaan" yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia melalui sebuah lagu.


Dalam akun Twitter pribadinya yang diposting 13 menit lalui, Rabu (26/8/2009), Saykoji menyatakan bahwa lagu tersebut telah berhasil ia upload di YouTube dengan tajuk 'Copy My Style (Again)'.
Lagu yang ringan dan dan enak didengar ini mencoba mengajak pendengarnya, yang emosi dengan aksi plagiat budaya oleh Malaysia, untuk membalasnya dengan karya, bukan dengan caci maki dan kekerasan.

"This is how i fight back. Jangan mau dikontrol dengan panasnya situasi, balas dengan karya," tutur Igor, salah satu personil Saykoji, dalam lirik lagu tersebut.

Dalam video klip berdurasi 2 menit 39 detik ini, Igor menari khas rapper, lengkap dengan atribut merah putih yang dipasang di bagian pundak, serta menutupi kalung harddisk yang sekarang menjadi ciri khasnya.

Lagu Saykoji ini, beserta beberapa lagu besutannya yang lain, ternyata tidak hanya diupload di YouTube tapi juga beberapa situs download musik gratisan.
Download mp3 nya via 4shared disini
Lihat videonya disini

Berikut ini adalah lirik lagu tersebut

Copy My Style

You copy my style
You copy again
Apa plagiat di negara lo lagi ngetrend?
Ku tetap sabar tetap kau kuanggap friend
But sooner or later i gotta take my stand

Udah bolak balik sampe balik kebolak
Temen gue sampe keselek pas makan kolak
Lagi lagi berulang ulang terus terjadi
Tetangga bikin ulah lagi bikin sakit hati

Suka ngaku ngaku kagak malu malu
Punya indonesia di klaim satu satu
Apa memang kalian yang gak mampu mampu
Buat budaya sendiri efek gak ampuh ampuh

Baca rambu rambu, bangsaku berbudi luhur
Tapi usik terus, reputasi mu masuk kubur
Jujur gue bangga jujur gue bersyukur
Elo ngaku ngaku berarti progress lo mundur

Panas ku bertutur kreasi bicara
Walau sudah jelas identitas ku dijarah
Joe farizal aja bisa minta maap
Masa yang lain kagak nyadar kagak tanggap

You copy my style
You copy again
Apa plagiat di negara lo lagi ngetrend?
Ku tetap sabar tetap kau kuanggap friend
But sooner or later i gotta take my stand

Bukan mo sok nasionalis sombong mengangkat alis
Bukan mo sok gangster bukan sok sadis
Walau lagi ngetop bukan gue sok ngartis
Tapi bales pake lagu paling praktis

Marah marah di internet, udah pasaran
Ngomel ngomel di pasar kagak sabaran
Kaya cacing kepanasan jenggot kebakaran
Rasanya gatel pengen ngasih tamparan

Tapi gue orang nya cinta damai
Walau rasanya sulit untuk santai
Amunisi di samping nyiur melambai
Pakai musik rap ku siap membantai

Memang satu rumpun masih sama melayu
Tapi melayu saykoji keras dan gak kemayu
Selendang rocker ku agak mendayu
Tapi coba ajak gue battle rap ayuk!!

You copy my style
You copy again
Apa plagiat di negara lo lagi ngetrend?
Ku tetap sabar tetap kau kuanggap friend
But sooner or later i gotta take my stand

source :
http://techno.okezone.com/read/2009/08/26/55/251630/saykoji-lawan-malaysia-lewat-lagu-di-youtube
http://4dyxtm.blogspot.com/2009/08/lirik-dan-video-copy-my-style-saykoji.html

Faktor-faktor sukses-tidaknya komunikasi

Di hari pertama saya kuliah, pas pelajaran Pengantar Ilmu Komunikasi a.k.a PIK oleh Bu Risma. Saya dapet kuis di akhir jam kuliah, yang salah dua pertanyaannya adalah...
"Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan berkomunikasi"
dan
"Hambatan dalam berkomunikasi"

Ga perlu lama, saya pun dapat jawabannya.
Ini jawaban saya...
"Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan berkomunikasi"
- Kepercayadirian,
- Berlimpahnya kosakata,
- Tatabahasa yang baik,
- Kemampuan untuk mengolah kata-kata menjadi lebih menarik,
- Intonasi semangat,
- Penyampaian tenang dan terstruktur, dan
- Sikap ramah dan bersahabat

"Hambatan dalam berkomunikasi"
- Kurang PD,
- Miskin kosakata,
- Tatabahasa yang buruk,
- Tidak mampu untuk mengolah kata-kata menjadi lebih menarik,
- Intonasi monoton,
- Penyampaian gegabah/grogi/tidak fokus
- Sikap kurang ramah dan bersahabat

*Dasar bodor, ini kan tinggal dibalikkin aja...

Sekian dan terimakasih,
Raha menceritakan kembali

Tipe-tipe komunikasi

Dari yang saya ringkas dari sebuah buku, komunikasi dibagi menjadi 4 tipe :
- Komunikasi Intrapribadi
- Komunikasi Interpribadi
- Komunikasi Publik, dan
- Komunikasi Massa

Berikut eksplanasinya

Komunikasi Intrapribadi // adalah komunikasi yang dilakukan diri sendiri pada diri sendiri. *lha, gila dong?
Bukan berarti gila si. Tapi yang dimaksud adalah afirmasi. Setiap orang pasti sering ngobrol sama dirinya sendiri, misalkan...

Diri sendiri pada diri sendiri
"Wiiiih, hari ini seneng banget deh, cin!" atau
Diri sendiri pada diri sendiri
"Duh, ko aku bisa telat gini ya?"


Komunikasi ini digunakan untuk berfikir, memikirkan kemungkinan akibat dari perbuatannya, memecahkan masalah, dan memutuskan sesuatu.

Komunikasi Interpribadi // adalah komunikasi yang dilakukan diri sendiri kepada seorang lain.
Persis seperti ngobrol biasa, misalkan...

Diri sendiri pada Rendi
"Hey, Ren. Kapan kita bisa ketemu lagi?" atau
Diri sendiri pada Eka
"Jahh, ko kamu ga bisa sih, Ka?"


Komunikasi ini digunakan untuk membangun relasi antarpribadi a.k.a menjaring teman, menghindari konflik antarpribadi, menghindari ketidakjelasan sesuatu serta berbagi pengetahuan dan pengalaman terhadap sesama.

Komunikasi Publik // adalah komunikasi yang dilakukan diri sendiri kepada orang lain dalam jumlah banyak.
Seperti Bapa Camat yang lagi pidato, atau misalkan...

Pa Sarip pada Warga RT 07
"Bapak ibu semua, pilihlah saya menjadi ketua RT anda!" *halah atau
Ella pada temen sekelasnya
"Temen-temen! ada yang liat pulpen aku yang warna ungu ga??"


Komunikasi ini digunakan untuk menumbuhkan semangat (solidaritas), mempengaruhi orang lain, ngasi info, mendidik + menghibur.

Komunikasi Massa // adalah komunikasi yang dilakukan diri sendiri kepada orang lain dalam jumlah yang sangat banyak.
Seperti Chanta Dela Conceta lagi baca berita, atau misalkan...

Frida Lidwina pada pemirsa MetroTV
"Pemirsa, sebuah gempa berkekuatan 7,4 SR telah menggeboy Tasik pada 14.55 WIB" atau
Pidato Presiden SBY pada Malaysia via TV
"Saya berharap Malaysia menjaga sensitifitas bangsa Indonesia"


Komunikasi ini digunakan untuk menyebar info, meratakan edukasi, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.
Menurut UNESCO untuk informasi, sosialisasi, motivasi, bahan diskusi, pendidikan, memajukan budaya, hiburan, integrasi (penyatuan)

Sekian materi ini,
Raha mereksplanasi


Gempa di Tasik

Tasik [RahaReports]

Sebuah gempa terjadi di Tasik pada jam 14.55. Gempa yang disinyalir berkekuatan hingga 7,4 SR ini dirasakan sampai ke Ibukota Jakarta. Informasi sementara, pusat gempa sekitar 100 km barat daya Tasikmalaya pada kedalaman 32 km, dan berpotensi menimbulkan tsunami.

Gempa menyebabkan kerusakan di sejumlah perkantoran. Kantor Pemkab Tasikmalaya mengalami kerusakan cukup parah, sementara telekomunikasi seluler tak berfungsi.

Dari depan komputer rumah,

Raha melaporkan

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

EDUUUNNN

Tadi sekitar jam 14.50, saya lagi asik-asiknya ngedengerin presentasi promosi dari ELF, English Language Forum yang jadi salah satu UKM di Unikom. Acara promo UKM ini adalah bagian dari rangkaian PascaPMB yang dilaksanain buat seluruh maba di Unikom dan khusus jurusan saya, Komunikasi adalah hari ini mulai jam 1, bareng Manajemen Informatika.

Acara ini dilaksanain di Auditorium Unikom yang ada di Kampus depan *duh, itu kampus berapa ya? maklum baru 2 hari kuliah tepat di lantai 4.

Pas lagi asik-asiknya ngedengerin senior bernama Isabela yang menjelaskan ini dan itu tentang UKM yang diketuainya, saya liat gambar presentasinya goyang-goyang karena ternyata proyektornya juga goyang! Rada belum connect sih, tapi setelah saya liat 2 biji *halah lampu kristal segede bagong yang digantung di atap *ya ialah....masa di lantai? auditorium yang megah ini juga ikut goyang, saya baru ngeh kalo ternyata itu gempa. Dan di sela-sela presentasinya si Isabel-isabel itu sempet nyebut "ehh, gempa ya?"...dengan polosnya, aneh. Kalau kamu ada disitu pas dia presentasi, kamu pasti akan bingung kenapa juga mesti ada disitu apalagi kalau kamu bukan maba IK-MI di Unikom.

Beberapa maba langsung berdiri dan secara spontan mau keluar. Senior yang kayanya anggota sema langsung membentak-bentak mengkoordinir maba biar keluar dengan teratur dan tertib. "Jalan, jangan lari!" dan "Sok, yang tertib!". Selagi saya jalan nurunin tangga dengan manisnya *halah entah kenapa saya ngerasa pusing.

Dan setelah nyampe keluar saya langsung terhenyak *halah karena saya kira saya malah nyasar ke Pasar Baru atau ke antrian BLT. Tapi ternyata kedua pikiran asal-asalan saya itu salah, karena saya masih ada di Unikom. Hanya saja Unikom ini -seperti yang saya bilang tadi- seperti Pasar Baru karena maba dan mala pada keluar semua, sehingga jalan DU macet. Tampak beberapa anggota KSR memberi penyuluhan dan beberapa senior yang menyuruh maba langsung pada pulang.

Saya mencoba sms keluarga tapi gagal terus, saya cek pulsa kali-kali pulsanya abis tapi malah network problem. *Hoalah~

Saya pun akhirnya nemu temen-temen, ada si Babeh madiun dkk. saya pun ikutin si babeh dan akhirnya nemuin Icha dkk. Setelah berbasa-basi, Icha dkk ngajak saya ke kostannya, tapi saya tolak soalnya mau langsung pulang aja. Capek.

Angkot caheum-ciroyom ga juga keliatan batang hidungnya *heu, emangnya ada idungnya ya? Karena itu, saya pun jalan ke bawah, ke arah Unpad bawah buat ngehindari macet. Lewat ITHB ternyata lebih parah, mahasiswa disitu pada keluar juga, busett penuh banget. Dan geser beberapa bangunan lagi dan akhirnya saya memutuskan untuk nunggu angkot di depan toko baju.

Angkot caheum-ciroyom ini ko pada penuh ya? Dan setelah menanti-nanti *halah akhirnya angkot pun dateng juga. Huff, saya pun duduk dengan elegan. Pas lewat Unpad saya merasakan pandangan yang berbeda, Unpad sepi. Hmm, ko aneh ya? mungkin karena bangunannya pendek-pendek kali ya? Jadi gempa ga begitu kerasa.

Di angkot saya tetap berusaha nelepon ke rumah, buat mastiin keadaan keluarga saya. Dan tetep nyoba ngeresend sms. Trus ada sms dari Ka Iga yang nanyain keadaan saya, uhhh baiknya~

Nyampe caheum saya turun, ganti angkot untuk kemudian diganti lagi dengan ojek sampai nyampe ke rumah. Dan posting ini pun berakhir dengan tidak berkelas.